Jawa Trend - Semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, belum juga berhenti sejak semburan pertamanya pada tahun 2006.
Kejadian semburan lumpur ini terjadi akibat aktivitas PT. Lapindo Brantas yang memiliki sumur pengeboran gas sekitar 200 meter dari lokasi semburan lumpur.
Dampak dari semburan lumpur tersebut adalah puluhan desa di sekitar lumpur Lapindo tidak dapat dihuni, sehingga banyak penduduk yang terpaksa harus pindah rumah.
Meskipun pemerintah telah melakukan upaya untuk menghentikan semburan lumpur Lapindo, namun upaya tersebut tidak berhasil. Namun, baru-baru ini, adanya penemuan kandungan logam yang sangat diincar oleh dunia memberikan harapan baru.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penelitian terhadap kandungan logam yang terdapat dalam lumpur Lapindo.
Ternyata, setelah dilakukan penelitian, ditemukan kandungan logam tanah jarang (rare earth) yang sangat diincar oleh dunia. Logam ini memiliki keunikan dan keberadaannya sulit ditemukan.
Dr. rer. nat. Ganden Supriyanto, M.Sc, seorang dosen Kimia dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (UNAIR), menjelaskan bahwa logam tanah jarang memiliki manfaat yang signifikan dalam perkembangan teknologi.
Ganden menjelaskan bahwa logam tanah jarang, yang juga termasuk dalam golongan lantanida dan aktinida dalam rumus kimia sistem periodik, dikenal sebagai logam transisi.
Selain itu, logam tanah jarang juga digunakan sebagai bahan campuran dalam berbagai bidang teknologi seperti aeronautika, lampu dengan energi tinggi, dan semi konduktor.
Menurut Ganden, logam tanah jarang yang terdapat dalam lumpur Lapindo memiliki nilai yang sangat tinggi bahkan dapat lebih mahal daripada emas dan platina.
"Penemuan logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo memiliki potensi penggunaan yang sangat besar karena memiliki nilai yang tinggi dan sangat penting untuk teknologi tinggi di masa depan," tutupnya.