Jawa Trend - Gangguan kesehatan mental sering kali tidak terbuka karena adanya stereotipe buruk yang melekat pada orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Bicara mengenai masalah kesehatan mental sering kali dikaitkan dengan orang yang dianggap gila, sehingga mereka yang mengidap masalah kesehatan mental sering kali dijauhi. Padahal, mereka yang mengalami depresi atau stres sebenarnya membutuhkan teman dan tempat untuk bisa bercerita.
Berdasarkan pengalaman tim yang bekerja sama, mereka telah menciptakan sebuah aplikasi dan mengikutsertakannya dalam ajang pameran WYIE 2023. Bashkaran dan timnya bertujuan untuk mendapatkan penghargaan sekaligus mencari developer yang dapat membantu menyempurnakan aplikasi tersebut.
"Aplikasi ini masih dalam bentuk prototipe, sehingga kami membutuhkan developer untuk mengembangkannya. Ketika kami berada di Malaysia, ada empat perusahaan yang menunjukkan minat," katanya. "Saat ini, kami masih berkomunikasi secara online," tambah mahasiswa angkatan 2021 itu.
Dari keempat perusahaan tersebut, salah satunya sudah menawarkan untuk menjadi investor. Namun, tim mahasiswa UB masih melakukan penjajakan dengan semua perusahaan. Mereka ingin memilih perusahaan yang paling tepat untuk mengembangkan aplikasi M-Care ini. "Dengan menggandeng perusahaan Malaysia, harapannya aplikasi ini tidak hanya berguna di dalam negeri saja, tetapi juga bisa menjangkau negara-negara lain," tutur mahasiswa asal Cilegon itu.
Meskipun masih dalam bentuk prototipe, M-Care sudah memiliki tujuh fitur utama. Pertama, terdapat layanan konsultasi melalui video. Fitur ini sangat penting karena untuk memahami tingkat stres seseorang, diperlukan kemampuan untuk melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
Kemudian, terdapat fitur artikel yang memberikan informasi tentang jenis-jenis gangguan kesehatan mental dan cara penanganannya. Selain itu, juga disediakan informasi hotline untuk pencegahan bunuh diri bagi mereka yang merasa mengalami depresi yang parah.
"Pemerintah sebenarnya telah menyediakan layanan hotline untuk pencegahan bunuh diri. Namun, informasinya mungkin belum banyak tersebar. Oleh karena itu, kami akan mencantumkannya dalam aplikasi ini," ujar pria yang saat ini tinggal di Lowokwaru tersebut.
Selanjutnya, terdapat fitur psikotes untuk mengetahui tingkat stres seseorang. Hasil dari psikotes ini dapat memudahkan para psikolog dalam memberikan penanganan lebih lanjut. "Kami juga akan menyediakan informasi tentang psikolog terdekat dengan lokasi pasien. Ke depannya, kami akan membutuhkan bantuan dari investor karena bekerja sama dengan psikolog membutuhkan modal," tegasnya.