Jawa Trend - Warga Desa Pante Sukon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh menolak kedatangan pengungsi Rohingya gelombang ketiga dalam bulan ini yang hendak mendarat ke kawasan itu, pada Kamis (16/11).
Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto mengatakan mulanya warga yang mengetahui kedatangan pengungsi Rohingya berbondong-bondong ke pesisir pantai untuk menolak mereka.
"Warga setempat menolak dan menyuruh imigran Rohingya itu naik lagi ke kapal. Salah satu alasan penolakan yang berkembang, karena imigran Rohingya yang pernah terdampar sebelumnya berperilaku kurang baik dan tidak patuh pada norma-norma masyarakat setempat," kata Joko kepada wartawan.
Namun, kata Joko, setelah diberi pengertian oleh aparat kepolisian, warga setempat bersedia memberikan bantuan makanan dan minuman, termasuk bahan bakar minyak, serta menyediakan boat untuk menarik kapal yang ditumpangi imigran Rohingya kembali ke laut.
Joko menyebut ada 5 pengungsi Rohingya yang tinggal di lokasi karena dalam kondisi lemah dan membutuhkan perawatan medis. Mereka sudah ditangani oleh pihak UNHCR dan sementara waktu diungsikan ke Gedung SKB Cot Gapu, Bireuen.
Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk dapat bekerja sama dalam penanganan imigran Rohingya. Ia juga mengimbau agar warga setempat tidak bertindak anarkis, dan tetap memperlakukan mereka dengan baik.
Sementara pengungsi. Rohingya yang diusir warga Bireuen tersebut berangkat menuju pesisir Kabupaten Aceh Utara. Di sana mereka sudah mendarat di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu.
Ketua Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek menyebutkan jumlah pengungsi Rohingya gelombang ketiga tersebut berjumlah 249 orang.
Sejak Selasa (14/11), 200 pengungsi Rohingya tiba di Pantai Kulee, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Sehari kemudian satu kapal yang mengangkut 174 pengungsi Rohingya tiba di Kecamatan Batee, Pidie.
Editor : Qurrota A'yun