Jawa Trend - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Promosi Budaya Indonesia Melalui Media Digital”.
Seminar ini diselenggarakan pada hari Selasa, 12 Maret 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak Hery Surya Wibawa yang merupakan seorang pegiat budaya dan perkerisan Surakarta, serta Bapak Dr. H. Suparjito, S.E., M.Si., yang merupakan seorang dosen di Universitas Sebelas Maret.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa pada zaman dahulu, kita tidak terbayang bagaimana cara mempromosikan budaya kita karena keterbatasan keadaan. Pada era digital saat ini, dengan mudah kita dapat mempromosikan budaya Indonesia ke manapun, termasuk saat ini kita dapat melihat suatu budaya tanpa harus mengunjunginya. Kita dapat melihat video-video kebudayaan tersebut, maupun foto-fotonya juga secara detail. Bahkan mulai dari cara pembuatan suatu karya budaya seperti batik, keris, kita saat ini dapat mengetahuinya melalui video yang terdapat di media sosial. “Maka dari itu, saat ini, dengan segala kemudahan tersebut, kita seharusnya juga bisa mempromosikan budaya Indonesia ke negara luar.”, pesan Pak Kharis sebagai penutup sesi pengantar materinya.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video. Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju.
Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan. Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
“Atas dasar itulah yang mendorong kami untuk melakukan peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan kecakapan digital yang ditujukan pada tiga sektor, yaitu masyarakat umum, pemerintahan, dan pendidikan, melalui berbagai program literasi digital.”, tambah Pak Semmy dalam sambutannya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Hery Surya Wibawa. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa gencarnya serbuan budaya asing melalui media digital, akan berakibat buruk jika akar budaya dan karakter budaya bangsa tidak kuat. Seharusnya Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dengan akar budaya dan karakter yang kuat, berbasis nilai-nilai luhur budaya bangsa dan agama. Beliau juga menyampaikan bahwa pada saat ini, diharapkan kita mampu menyebarluaskan dan mempromosikan budaya luhur yang sesuai dengan akhlak dan norma agama melalui media digital yang terus berkembang, tentunya setelah kita membekali diri masing-masing dengan pengetahuan dan kawruh tentang budaya luhur bangsa. Sebagai penutup, beliau berpesan, “Kita patut bersyukur Negara Indonesia kita diberikan berbagai macam budaya dan kekayaan. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki moralitas untuk membantu mempromosikan budaya bangsa kita melalui media digital agar tetap lestari”.
Bapak Dr. H. Suparjito, S.E., M.Si., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan dampak positif media sosial yaitu memudahkan kita para pengguna untuk berinteraksi dengan orang banyak, memperluas pergaulan, mengekspresikan diri, lebih hemat biaya, penyebaran informasi berlangsung cepat, serta jarak dan waktu tidak lagi menjadi sebuah masalah. Selain itu, terdapat dampak negatif media sosial, yaitu menjauhkan orang-orang yang sudah dekat, interaksi tatap muka menurun, berpotensi menimbulkan konflik, menjadikan kecanduan terhadap internet, serta rentan terpengaruh orang lain Beliau menambahkan bahwa budaya dan media merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Budaya yang kuat dapat mempengaruhi media dalam produksi kontennya. Media juga dapat mengubah budaya lokal dan perilaku dari suatu masyarakat.
Pak Suparjito juga menjelaskan bahwa penggunaan internet menjadi salah satu strategi untuk promosi kebudayaan, di samping media-media konvensional dan kegiatan pertukaran budaya. Pengguna usia muda yang mendominasi dalam hal ini, terutama media jejaring sosial menjadi kekuatan besar bagi peningkatan promosi kebudayaan Nusantara. Diperlukan kretivitas dan pengemasan promosi yang menarik dengan tetap mengedepankan unsur budaya tradisional untuk menarik minat mereka. Salah satu strategi lain yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat unggahan di media sosial terkait budaya secara kontinyu. “Pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama kita semua. Adanya era media digital, menjadi satu nilai positif. Kita dapat menggunakan media digital untuk melestarikan budaya dengan melibatkan berbagai pihak baik generasi muda maupun generasi orang tua. Selain itu, diperlukan kerja sama agar budaya yang sudah ada tetap lestari sepanjang masa walaupun era akan terus berganti dan berkembang.”, pesan Pak Suparjito kepada para peserta sebagai penutup.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.