Jawa Trend - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Meningkatkan Partisipasi Pemilih melalui Teknologi”.
Seminar ini diselenggarakan pada hari Senin, 30 September 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bu Dr. Rosarita Niken Widiastuti, M.Si., sebagai pegiat literasi digital, serta Pak Ma’ruf Pujinto, yang merupakan seorang pegiat Lontar Nusantara.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menjelaskan periode pemilihan pemilu akan kembali lagi. Beliau menyampaikan bahwa dahulu, ketika teknologi belum secanggih ini, perspektif masyarakat akan memilih calon pemimpin yang paling sering bertemu secara langsung, sehingga sering adanya rapat akbar. Rapat akbar yang semakin besar akan meningkatkan animo pemilu. Namun, masyarakat muda saat ini lebih suka melihat seberapa terkenalnya calon di sosial media, sehingga penggunaan media ini sangat penting. “Media juga bisa membantu menghindari bentrokan antar kelompok calon, walaupun banyak juga tantangannya”, ucap Pak Kharis.
Pak Kharis juga menambahkan bahwa media atau teknologi yang sudah berkembang ini membuat perspektif orang tergantung dari akses informasi di internet. Beliau membandingkan, ketika dulu perlu menyosialisasikan diri, calon pemimpin harus membuat billboard, saat ini dengan teknologi, pesan mereka akan lebih cepat sampai ke target yang dituju. Dahulu saat masih menggunakan billboard di perempatan jalan, tidak banyak orang yang melihat ataupun membaca pesan yang disampaikan. “Kita berharap teknologi yang semakin maju ini akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pilihan yang dipilih merupakan bentuk perspektif pemilih itu sendiri”, ucap Pak Kharis sebagai penutup di sesinya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bu Dr. Rosarita Niken Widiastuti, M.Si. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau yang merupakan seorang pegiat literasi digital menyebutkan bahwa era digital membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk proses pemilihan umum. Beliau juga menjelaskan bahwa di tengah kemajuan teknologi, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan partisipasi pemilih, salah satunya adalah kesenjangan digital yang masih luas di masyarakat. Akses terhadap internet dan literasi digital yang tidak merata mengakibatkan sebagian populasi tertinggal dalam memanfaatkan teknologi untuk berpartisipasi dalam proses pemilihan.
Menurut Bu Niken, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran penting dalam meningkatkan partisipasi pemilih di era digital. Platform online seperti media sosial, aplikasi mobile, dan situs web resmi KPU dapat memfasilitasi akses informasi, meningkatkan transparansi, dan mendorong interaksi antara pemilih dan penyelenggara pemilu. Beliau menambahkan bahwa pemanfaatan TIK dalam proses pemilu dapat mendorong edukasi pemilih, mempermudah akses informasi terkait calon dan program, serta memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran dan pencoblosan. “Penting untuk terus meningkatkan literasi digital pemilih, menjaga keamanan dan privasi data pemilih, serta memastikan infrastruktur teknologi yang andal.
Ini merupakan upaya penting dalam mewujudkan penyelenggaraan pemilu yang kredibel dan berintegritas di era digital”, ucap Bu Niken di akhir sesi penyampaian materinya.
Pak Ma’ruf Pujinto menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menambahkan penjelasan bahwa partisipasi pemilih adalah tindakan aktif warga negara dalam menggunakan hak suaranya untuk memilih pemimpin atau wakil rakyat dalam suatu pemilihan umum. Partisipasi pemilih merupakan cara masyarakat untuk secara langsung terlibat dalam proses demokrasi dan menentukan arah pemerintahan. Beliau juga menyebutkan bentuk-bentuk partisipasi pemilih, yaitu meningkatkan pengetahuan tentang proses pemilu, melakukan kampanye, memastikan masyarakat terdaftar pada daftar pemilih, tindakan langsung memberikan suara pada hari pemungutan suara dan memastikan jalannya pemilu berjalan adil dan jujur.
Menurut Pak Ma’ruf, terdapat tantangan dalam meningkatkan partisipasi pemilih, yaitu sikap apatisme masyarakat, kendala akses, kurangnya informasi, dan ketidakpercayaan terhadap sistem pemilih. Salah satu solusi yang disebutkan Pak Ma’ruf yaitu dengan memanfaatkan penggunaan teknologi dalam pemilu, karena teknologi bersifat efisiensi, akurasi, transparansi, dan aksesibilitas.
“Teknologi memiliki potensi besar yang sangat positif, namun, penting untuk menyadari dampak negatifnya. Literasi digital yang tinggi, regulasi yang tepat, dan upaya mengatasi kesenjangan digital untuk meningkatkan partisipasi pemilih, serta memperkuat demokrasi untuk meminimalkan risiko tersebut. Hal tersebut adalah kunci untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dalam meningkatkan partisipasi pemilu”, ucap Pak Ma’ruf sebagai penutup sesi penyampaian materinya.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.